Minggu, 24 Januari 2016

Ngeksis sebentar di Lawang Sewu yang legendaris

Saya tuh, sebenarnya lumayan penakut. Saya bakal deg-degan kalau disuruh masuk tempat yang katanya berhantu. Tapi karena main ke Semarang tanpa mampir ke Lawang Sewu itu seperti makan bakso Malang nggak pakai kuah (apa, sih), jadilah saya dan ketiga sobat, Arien, Frita, dan Sova menyempatkan diri ke Lawang Sewu.

Biasanya di depan Lawang Sewu ada beberapa tour guide berbaju garis-garis cokelat khas Jawa yang menawarkan jasa. Tapi kami lebih memilih menjelajahi Lawang Sewu sendiri. Lagipula saat itu Lawang Sewu sedang dipakai untuk festival budaya. Jadi banyak sekali pengunjung yang memadati halaman dan setiap lantai. Sebagian ruangannya pun digunakan untuk pameran UKM dan produk fashion.


Apakah Lawang Sewu seseram yang saya bayangkan?
Ternyata nggak juga. Meskipun saya sempat deg-degan waktu masuk ke sana, ternyata Lawang Sewu tidak seintimidatif  'penampilannya' di liputan-liputan televisi. Saya bahkan cukup terkesan dengan arsitekturnya yang megah. Kompleks bangunan ini benar-benar luas.

Nggak heran, ya, kalau tempat ini jadi salah satu lokasi foto pre-wedding favorit di Semarang. Di bangunan peninggalan Belanda ini memang banyak spot oke yang bisa bikin foto terlihat bagus.


Photo credit: Syahrin Alia
Selain itu, suhu di kompleks bangunan Lawang Sewu memang relatif lebih sejuk daripada di luarnya. Kalau orang yang percaya mistis biasanya sudah mengaitkan suhu rendah di suatu tempat dengan makhluk gaib.

Tapi saya pernah nonton liputan yang membahas arsitektur Lawang Sewu. Jadi di ruang bawah tanah Lawang Sewu ini sengaja diberi air untuk mendinginkan suhu bangunan yang ada di atasnya, Jadi fungsinya seperti AC alami. Tapi ruang bawah tanah ini kemudian juga dialihfungsikan sebagai penjara jongkok saat dikuasai Jepang.
Photo credit: Tantri Setyorini
Sewaktu kami main ke sini, ruang bawah tanah Lawang Sewu sedang direnovasi. Jadi untuk sementara tidak bisa dikunjungi.

Photo credit: Syahrin Alia
Spot paling cantik di Lawang Sewu menurut saya adalah jendela dengan mosaik warna-warni ini. Kesannya seperti gereja tua yang ada di film The DaVinci Code.

Di halaman Lawang Sewu ada lokomotif tua yang jadi tempat favorit para pengunjung untuk berfoto.

Photo credit: Syahrin Alia

Selebihnya tidak ada yang terlalu istimewa dari kunjungan kami ke Lawang Sewu. Yang saya ingat cuma pengunjung yang berjubel dan suara hingar-bingar dari mikrofon.

Tetapi karena saya sudah berhasil mengalahkan rasa takut dengan memberanikan diri masuk ke Lawang Sewu (waktu pertama kali ke Semarang saya ngotot nggak mau masuk ke sini), rasanya saya patut bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar